Digitalisasi Agrofood di Bali: Peluang dan Tantangan

Digitalisasi Agrofood di Bali Peluang dan Tantangan

Sektor pertanian dan pangan lokal di Indonesia, termasuk Bali, memiliki potensi besar untuk dikembangkan melalui digitalisasi. Langkah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani.

Potensi dan Tantangan Digitalisasi Agrofood

Digitalisasi dalam sektor agrofood mencakup penerapan teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan platform e-commerce untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi rantai pasok. Namun, tantangan seperti rendahnya literasi digital di kalangan petani, keterbatasan infrastruktur internet di daerah pedesaan, dan akses terbatas terhadap pembiayaan teknologi masih menjadi hambatan utama .

Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, sekitar 12.548 desa di Indonesia belum memiliki akses internet stabil pada 2023. Selain itu, hanya sekitar 43% UMKM yang terhubung ke ekosistem digital dan memanfaatkan platform e-commerce .
Koran Jakarta

Inisiatif Pemerintah dan Swasta

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong digitalisasi sektor pertanian. Salah satunya adalah Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 yang mewajibkan toko swalayan, hotel, restoran, dan katering di Bali untuk menyerap produk pertanian lokal dengan persentase tertentu. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha lokal .

Di sisi swasta, perusahaan seperti INDICO, anak perusahaan Telkomsel, mengembangkan platform Digital Food Ecosystem (DFE) untuk mengimplementasikan smart farming. Melalui pilot project di Selogiri, Jawa Tengah, DFE berhasil membantu sekitar 50 petani meningkatkan kualitas dan nilai komersial hasil pertanian mereka .

Peran Platform Digital Lokal di Bali

Di Bali, inisiatif lokal seperti PasarBali.id yang dikembangkan oleh pelaku usaha milenial “Kadek Adnyana” menawarkan solusi pemasaran produk pertanian secara online. Platform ini menjembatani kebutuhan petani dan konsumen dengan sistem pemesanan yang efisien dan pengiriman cepat, bekerja sama dengan layanan pengiriman seperti Gojek .

Selain itu, tren konsumsi pangan organik lokal semakin diminati, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Restoran multinasional di Bali mulai melirik penggunaan pangan lokal untuk menarik minat penikmat kuliner, mendorong petani di Bali menghasilkan bahan pangan lokal seperti ubi, singkong, dan pisang .

Kesimpulan

Digitalisasi sektor agrofood di Indonesia, khususnya di Bali, menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan petani lokal. Namun, tantangan seperti literasi digital dan infrastruktur internet harus diatasi melalui kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan langkah-langkah yang tepat, digitalisasi dapat menjadi pendorong utama transformasi sektor pertanian menuju masa depan yang berkelanjutan dan inklusif.

Bagikan Postingan Ini:

Facebook
WhatsApp